Yeni Syafrita pemilik Yesya Frita Indonesia sejak tiga tahun lalu memutuskan berhenti menjadi pegawai swasta dan terjun ke dunia wirausaha. Pelaku UKM dari Kecamatan Larangan ini menggunakan mesin jahit pemberian sang suami menjahit baju anak.
Ia mengatakan belajar secara otodidak dan melihat di media sosial bagaimana membuat kerajian handycraft. Hingga bergabung bersama komunitas handycraft.
Bermodal kepercayaan diri, ia banyak membuat berbagai macam bentuk dan ukuran tas, tempat tisu, guling, bantal, clutch dan masker berbahan linen. Ada juga tenun, kanvas impor, katun jepang berkualitas, dan kulit sintesis yang dijahit sendiri tanpa bantuan pegawai.
Kini Yesya Frita Indonesia dilirik oleh produsen mukena ternama di Malaysia. Pencapaian itu didapat setelah mengikuti banyak pameran, baik yang disediakan pemerintah atau kementerian.
“Seperti saat mengikuti pameran di Malaysia, ada salah satu produsen yang membeli tas untuk tempat mukena eksklusif. Karena produknya sama-sama buatan tangan, akhirnya tas handycraft buatannya dibeli dan mulai dipesan hingga ratusan buah,” katanya. (adicy)